Kamis, 10 Desember 2015

SHAPING DAN FADING

SHAPING

A.                PENGERTIAN SHAPING
Shaping adalah pembentukan perilaku baru atau perilaku yang belum pernah dilakukan individu, dan sulit atau tidak mungkin untuk memunculkan perilaku baru yang diinginkan tersebut, dengan cara memberi pengukuh/penguat jika telah muncul perilaku-perilaku yang menyerupai atau mendekati perilaku yang diinginkan, sehingga pada akhirnya memunculkan perilaku yang sama sekali baru yang diinginkan.
Jadi shaping itu adalah prosedur yang digunakan untuk membentuk perilaku seorang individu. Karena perilaku memiliki tingkat kejadian, maka tidak mungkin untuk meningkatkan frekuensi perilaku hanya dengan menunggu sampai terjadi dan kemudian baru menguatkannya. Oleh karena itu, untuk memperkuat perilaku harus memperkuat respon mulai dari nol sampai ke frekuensi yang lebih besar.
Shaping didefinisikan sebagai perkembangan perilaku baru oleh penguatan berturut-turut dari perilaku yang ingin dikuatkan sebelumnya. Kadang-kadang perilaku baru terjadi ketika seorang individu menampakkan beberapa perilaku awal, dan lingkungan (orang lain) memperkuat variasi-variasi kecil dalam perilaku. Akhirnya bahwa perilaku awal dapat dibentuk sehingga bentuk akhir tidak lagi menyerupai perilaku awal.
Kebanyakan orang tua menggunakan prosedur pembentukan dalam mengajar anak-anak mereka untuk berbicara, misalnya saja ketika pertama kali bayi mulai mengoceh, ia mengikuti bahasa asli orangtua walaupun masih mereka-reka. Pada saat mulai mengoceh inilah orangtua memperkuat perilaku misalnya dengan belaian, pelukan atau ciuman pada sang anak.
Ada dua cara untuk membentuk sebuah respon, yaitu :
1.       Eksternal shaping
Jika kita menghendaki seseorang melakukan sebuah respon tertentu, misalnya menekan pengumpil untuk memperoleh makanan, maka lingkungan dapat diatur sedemikian rupa sehingga respon ini kemungkinan besar dilakukan. Dalam bahasa skinner, respon-respon dalam conditional klasik dibentuk secara tidak begitu kaku, sedang respon-respon instrumental dibentuk secara tidak begitu kaku tetapi masih tetap berada dibawah penguasaan kondisi luar.
2.       Internal shaping
Internal shaping dapat terjadi dalam lingkungan yang sangat bebas dan sangat tidak berstruktur. Diberi nama internal shaping karena tekanan konstan terhadap tingkah laku datangnya dari dalam organisme, bukan dari lingkungan fisik. Skinner (1951) bahwa proses internal shaping dapat dilukiskan dengan cukup obyektif, tetapi pelaksanaannya memerlukan kecerdasan, akal, dan keahlian yang besar dari orang yang melakukan shaping.
Proses shaping akan sangat berjalan dengan sangat cepat dan efektif bila reinforcement tepat bersamaan waktu dengan respon. Dalam shaping ada tahapan-tahapan dalam menuju perilaku akhir, meskipun belum sampai pada perilaku akhir yang diharapkan, apabila seseorang itu telah berubah atau membentuk perilaku baru maka diberikan reinforcement. 

B.     ASPEK PERILAKU YANG DAPAT DIBENTUK
Ada tiga aspek perilaku yang bisa dibentuk :
1.       Topografi
Pembentukan bentuk respon tertentu atau tindakan spesifik. Mencetak kata / mengikuti perkataan dan menulis kata yang sama adalah respon yang sama yang dibuat dengan dua topografi yang berbeda. Contohnya membentuk seorang anak untuk mengatakan “mama” buka “ma-ma”

2.       Jumlah
Pembentukan perilaku yang dilakukan dengan peningkatan jumlah. Contoh; seorang anak yang belajar berjalan, pada mulanya dia hanya bisa berjalan beberapa langkah saja, namun lama kelamaan karena diperkuat akhirnya anak dapat berjalan dengan mulus tanpa tertatih.
3.       Intensitas kekuatan suatu respon
Pembentukan perilaku yang dilakukan dengan peningkatan intensitas / keseringan. Contohnya, seorang anak yang kurang diperhatikan orangtuanya, lalu ia rajin membersihkan rumah dan sang anak mendapatkan perhatian orangtuanya, akhirnya anak tersebut akan lebih sering mengulangi perbuatannya agar terus mendapatkan perhatian orangtuanya.

Contoh untuk ketiga aspek tersebut:
orang mengangkat barbell, hari pertama dia angkat berbel 2  kg dengan jumlah 8x angkatan.
Secara topografi          : barbell bisa diangkat ke atas,ke samping dan pindah
Secara jumlah              : hari ke2 dia angkat 16x angkatan
Secara intensitas          : hari ke3 dia angkat barbell 4kg

C.    PROSEDUR SHAPING
Prosedur untuk melaksanakan shaping yaitu:
1.       Menentukan perilaku akhir yang diinginkan
Langkah pertama dalam shaping adalah mengidentifikasikan dengan jelas perilaku akhir yang diinginkan, yang sering disebut sebagai perilaku terminal (tujuan akhir). Dalam kasus anak yang mencoba berjalan tadi, perilaku terakhir yang diinginkan adalah berjalan tanpa bantuan, misalnya dari ruang TV sampai ruang makan. Dengan definisi yang spesifik seperti ini, ada sedikit kemungkinan bahwa orang yang berbeda akan mengembangkan harapan yang berbeda mengenai kinerja sang anak. Jika orang yang berbeda bekerja dengan individu yang mengharapkan hal yang berbeda, maka kemajuan cenderung terbelakang. Akhir perilaku yang diinginkan harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga semua karakteristik dari perilaku (topografi, jumlah maupun intensitas) diidentifikasi.
2.       Pemilihan pemulaian tingkah laku (memilih perilaku)
Karena terminal perilaku yang diinginkan tidak terjadi pada awalnya perlu memperkuat beberapa perilaku yang mendekati itu, dan mengidentifikasi titik awal. Tujuan program awal ini adalah untuk membentuk perilaku, dengan memperkuat titik awal ke final yang diinginkan meskipun titik awal mungkin sama sekali berbeda dengan perilaku terminal. 
3.       Pemilihan langkah-langkah pembentukan (langkah memilih Shaping)
Tahap ini membantu kita untuk mendekati akhir perilaku yang diinginkan. Contoh; anggaplah akhir perilaku yang diharapkan dalam program membentuk seorang anak berkata “papa”, telah ditetapkan bahwa anak berkata “Paa” dan respon ini diatur sebagai perilaku awal. Kita andaikan bahwa kita memutuskan untuk pergi dari perilaku awal “Paa” melalui langkah-langkah beriku “Paa-Paa”, “Pa-Pa”, dan “Papa”.
Untuk memulai, penguatan diberikan pada sejumlah kesempatan untuk memancarkan perilaku awal (“Paa”). Ketika perilaku ini terjadi pelatih bergerak ke langkah berikutnya dan memperkuat langkah demi langkah sampai anak akhirnya berkata “papa”.
Memang tidak ada seperangkat pedoman untuk mengidentifikasi ukuran langkah yang ideal, namun dalam usaha untuk menentukan langkah-langkah perilaku awal ke terminal perilaku, pelatih sudah bisa membayangkan langkah-langkah yang akan dilalui.

4.       Bergerak untuk memperbaiki
Ada beberapa aturan praktis untuk memperkuat respon akhir yang diinginkan :
a. Jangan bergerak terlalu cepat ke langkah berikutnya. Masuk ke langkah selanjutnya  dapat dilakukan apabila langkah sebelumnya telah mapan.
b. Lanjutkan dalam langkah-langkah cukup kecil. Jika tidak, langkah sebelumnya akan hilang. Namun, jangan membuat langkah-langkah kecil yang tidak perlu.
c. Jika kehilangan suatu perilaku karena anda bergeerak terlalu cepat atau terlalu besar mengambil langkah, kembali ke langkah awal dimana anda dapat mengambil perilaku lagi.
d. Item a dan b memberutahukan untuk tidak berjalan terlalu cepat, dan butir c menyatakan bagaimana untuk mengoreksi efek buruk berjalan terlalu cepat. Hal ini juga penting, agar perkembangannya tidak terlambat. Jika salah satu langkah diterapkan begitu lama maka akan menjadi sangat kuat, kemugkinan untuk mencapai terminal akan kecil.

Pedoman ini mungkin tidak begitu membantu. Di satu sisi, disarankan untuk tidak bergerak terlalu cepat dari satu pendekatan ke pendekatan lain. Di sisi lain, disarankan untuk tidak bergerak terlalu lambat. Jika kita bisa menyertai pedoman ini dengan rumus matematika untuk menghitung ukuran yang tepat langkah-langkah ynang harus diambil dalam setiap situasi dan persis berapa banyak bala bantuan harus diberikan pada setiap langkah, pedoman akan jauh lebih berguna. Shaping memerlukan banyak latihan dan keterampilan jika harus dilakukan dengan efektivitas maksimum.

D.    PERILAKU UNTUK PEMBENTUKAN UMUM
1. Memilih perilaku akhir, pilihlah perilaku yang spesifik
2. Pilihlah reinforcer yang alami
3. Rencana awaL
4. Penerapan rencana

FADING
A.    PENGERTIAN FADING
Dalam buku Behavior Modification: What It Is and How to Do It, oleh Garry Martin dan Joseph Pear pada tahun 1992, fading adalah perubahan secara bertahap dimana sebelum melangkah ke tahap berikutnya maka tahap sebelumnya harus berhasil terlebih dahulu (misalnya, munculnya respon yang diharapkan) dan setiap keberhasilan akan mendapatkan reinforcement; terdapat suatu stimulus yang mengontrol suatu respon, dimana akhirnya akan terdapat stimulus yang berbeda yang akan menghasilkan respon yang sama.
B.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS FADING
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fading, yaitu :
1.      Memilih stimulus akhir yang diinginkan
Stimulus yang kita harap dapat menghasilkan perilaku pada bagian akhir dari prosedur fading). Kita harus berhati-hati dalam memilih stimulus ini. Sehingga munculnya respon atas stimulus ini dapat dipertahankan di lingkungan pasien sehari-hari. Salah satu fading yang salah yaitu ketika fading tidak memasukkan aspek-aspek situasi yang sering dijumpai oleh pasien di lingkungannya sehari-hari.
2.      Memilih stimulus awal
Penting untuk memilih stimulus awal, yang secara konstan/reliabel, dapat membangkitkan perilaku yang diinginkan. Stimulus tambahan yang mengontrol perilaku yang diinginkan tetapi bukan merupakan bagian dari stimulus akhir yang diinginkan disebut dengan prompts. Ada berbagai macam prompts, antara lain: verbal prompts, gestural prompts, enviromental prompts, physical prompts. Seorang guru mungkin akan memberikan sebagian atau semua jenis prompt ini untuk memastikan respon yang benar. Memilih beberapa jenis prompt, secara bersamaan, yang secara konstan menghasilkan respon yang diinginkan akan meminimalkan kesalahan dan memperbesar keberhasilan program fading.
3.      Memilih langkah-langkah fading
Penting untuk mengawasi secara dekat performa pelajar untuk menentukan seberapa lama seharusnya fading dilaksanakan.

C.    PEDOMAN PENERAPAN FADING YANG EFEKTIF
Ada beberapa faktor penerapan fading, yaitu :
1.      Memilih stimulus akhir yang diinginkan
Tentukan secara jelas stimuli apa yang akan diberikan ketika target perilaku seharusnya muncul.
2.      Memilih penguat yang pantas
memilih stimulus awal dan langkah-langkah fading:
a.       Menentukan secara jelas kondisi ketika perilaku yang diinginkan terjadi.
b.      Menentukan secara jelas dimensi-dimensi (misalnya, warna) yang ingin  dipudarkan (fade) untuk mencapai stimulus kontrol yang diinginkan.
c.       Menekankan langkah-langkah fading yang spesifik untuk dipatuhi dan aturan-aturan tentang perpindahan dari suatu tahap ke tahap selanjutnya.
3.      Merencanakan antisipasi kegagalan
Pemudaran (fading) isyarat-isyarat haruslah secara bertahap sehingga kemunculan kesalahan dapat diminimalkan. Jika kesalahan terjadi, kita harus kembali lagi ke langkah sebelumnya dan melakukan beberapa kali latihan serta memberikan prompt-prompt tambahan. Prompt adalah stimulus yang diperkenalkan untuk mengontrol perilaku yang diinginkan selama masa awal program belajar dan kemudian dihilangkan setelah perilaku yang diinginkan diperkuat. Prompt dibedakan menjadi :
1.      Physical prompt
Misalnya : orang tua memegangi anaknya ketika belajar berjalan
2.      Gestural prompt
Misalnya : trainer menunjukan materi pada peserta dengan meggunakan pointer
3.      Environmental prompt
Misalnya : orang yang mengurangi berat badan menempel fotonya yang gemuk didepan pintu kulkas
Selain itu, prompt juga dibedakan menjadi :
1.      Extra stimulus prompt
Sesuatu yang ditambahkan pada lingkungan untuk membentuk respon yang diinginkan
2.      Within stimulus prompt
Perubahan karakteristik dari stimulus untuk membuatnya lebih mudah diperhatikan / dibedakan
3.      Memilih reinforce
Pemilihan reinforcer yang tidak sesuai bisa menyebabkan perilaku yang dihasilkan sebagai respon tidak terkuatkan
4.      Menerapkan rencana pada efek program
Untuk memperkecil terbentuknya efek negatif dan memperbesar efek positif sebagai hasil program fading yang dilakukan

Contoh penerapan fading :
1.      Belajar mengendarai sepeda
2.      Menuntun anak belajar menggambar lingkaran, segitiga, menulis angka dan huruf
3.      Mengajarkan kemampuan verbal pada anak autis
4.      Memunculkan perilaku tidak merokok 

Daftar Pustaka :

Martin, Gery., Pear, Joseph, 1992, Behavior Modification, Prentice-hall International Editions.
konselingqt.blogspot.com/2011/12/modifikasi-perilaku
www.psikologizone.com/fading-modifikasi-perilaku

ml.scribd.com/doc/MODIFIKASI-PERILAKU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar