Kamis, 10 Desember 2015

Psikoanalisa

PSIKOANALISA
A.    Struktur Kepribadian
Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran :
1.      Sadar (conscious)
Hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat didaerah conscious, dan segera tertekan kedaerah preconscious atau unconscious.
2.      Prasadar (preconscious)
Disebut dengan ingatan siap, yaitu tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar.
3.      Tak sadar (unconscious)
Tak sadar merupakan bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia.

Ada tiga model struktur menurut Freud, yaitu :
1.      Id
Id merupakan sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir. Id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan seperti insting, impuls dan drives.
2.      Ego
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle).
3.      Super ego
Merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian yang beroperasi memakai prinsip idealistic sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistic dari ego.

B.     Tipologi Millon
Millon membagi jenis atau tipe kepribadian menjadi 8 bagian, yaitu :
1.      Independent active (antisocial)
Individu dengan kepribadian antisocial menolak kesakitan. Motifnya lebih terarah untuk mengalahkan orang lain, cenderung bersikap skeptif, tingginya keinginan untuk  balas dendam, tindakanya tidak bertanggung jawab. Didalam relasi sosialnya tidak peduli terhadap orang lain, dan bertindak kejam. Antisocial ini disebabkan pada saat masa anak-anak sering diabaikan dan sering menunjukan sikap permusuhan.
2.      Independent passive (narcistik)
Individu dengan kepribadian narcistik menunjukan kepercayaan terhadap diri sendiri yang tinggi. Individu narcistik ini lebih banyak melambungkan perasaan diri berharga, namun rasa percaya diri dan superioritasnya dibangun dalam suatu premis yang keliru, artinya tidak didukung oleh kenyataan. Narcistik ini disebabkan oleh orang tua yang memberikan penilaian yang berlebihan dan memperturutkan keinginan si anak.
3.      Dependent active (histrionic)
Individu dengan kepribadian histrionic senantiasa berusaha memaksimalkan perlindungan dan pemeliharaan orang lain, dan untuk mencapai keberhasilan tersebut individu sibuk memanipulasi serta melakukan berbagai manuver untuk mencari perhatian. Histrionic ini disebabkan pada masa anak-anak yang sedikit memperoleh punishment  dan sangat banyak memperoleh reward.
4.      Dependent passive (submissive)
Individu dengan kepribadian submissive terbentuk dari lingkungan keluarga yang memberi perlindungan secara berlebihan. Akibatnya dia gagal dalam memperoleh kompetensi untuk kemandirian, serta gagal untuk membangun relasi yang adekuat dengan lingkunganya, sehingga subjek lebih banyak mengalah dari orang lain. Submissive ini disebabkan dari lingkungan yang sangat melindungi.
5.      Ambivalent active (pasif-agresif/negatifistik)
Individu dengan kepribadian pasif agresif ini terombang ambing diantara berorientasi pada diri dan orang lain. Pada satu saat mereka patuh terhadap aturan, namun dilain waktu menyimpang. Hal ini terjadi akibat adanya kegagalan untuk memenuhi harapan orang lain. Penyebab ambivalent active ini yaitu dalam bentuk berubah-ubah dari hostility dan rejection pada satu saat dan pada saat lainya afeksi dan cinta kasih.
6.      Ambivalent passive (obsesif-compulsif)
Individu dengan kepribadian ini berada dalam kondisi konflik antara keinginan yang kuat untuk melawan serta merealisasikan perasaan dan impusnya, kebutuhan untuk menghindari intimidasi dan hukuman yang telah mereka pelajari sebelumnya. Penyebab ambivalent ini yaitu orang tua yang over control dengan senantiasa menekankan pada hukuman.
7.      Detached active (avoidant)
Individu dengan kepribadian ini mengalami kesenangan sedikit, lebih banyak kesedihan dan penderitaan, sedikit mengalami kegembiraan, memiliki sedikit kemampuan dalam menghadapi permasalahan yang kompleks serta senantiasa bersiaga untuk menghindari kesakitan dan penghinaan. Penyebab detached active ini datang dari lingkungan keluarga yang menolak dan sering mencela.
8.      Detached passive (schizoid)
Individu dengan kepribadian schizoid menunjukan polarisasi yang sangat lemah untuk memperoleh kesenangan maupun menghindari kesakitan. Mereka menunjukan kapasitas energy yang lemah, sedikit berbicara, apatis, kebutuhan afeksi yang lemah, tidak bergairah, didalam relasi sosial yang pasif dan cenderung menjaga jarak. Penyebab kepribadian ini yaitu iklim relasi dalam keluarga bersifat formal, dingin, tidak menunjukan kedekatan diantara masing-masing anggota keluarga, tidak ada saling hubungan diantara sesama anggota keluarga.

C.    Defense Mechanism (mekanisme pertahanan)
Mekanisme pertahanan menurut Freud, yaitu :
1.      Identification (identifikasi)
Identifikasi ini umumnya tidak disadari dan tidak perlu total diri orang lain diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu mencapai tujuan diri.
2.      Displacement/reactions compromise (pemindahan/reaksi kompromi)
Sumber dan tujuan dari insting selalu tetap, objeknya yang berubah-ubah melalui displacement atau pemindahan. Ada 3 macam reaksi kompromi, yaitu :
a.       Sublimasi, yaitu kompromi yang menghasilkan prestasi budaya lebih tinggi diterima masyarakat sebagai cultural kreatif
b.      Substitusi, yaitu kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya
c.       Kompensasi, yaitu kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan

3.      Repression (represi)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingata, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
4.      Fixation and regression (fiksasi dan regresi)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Frustrasi, kecemasan dan pengalaman traumatic yang sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu dapat berakibat orang regresi, mundur ketahap perkembangan yang terdahulu.
5.      Reaction formation (pembentukan reaksi)
Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan atau kebalikannya dalam kesadaran, misalnya rasa permusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.
6.      Projection (projeksi)
Projeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotic/moral menjadi kecemasan realistik dengan cara melemparkan impuls internal yang mengancam dipindahkan keobjek di luar sehingga seolah-olah ancaman itu terprojeksi dari objek eksternal kepada diri orang itu sendiri.

D.    Dinamika Kepribadian
Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memakai enerji untukberbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan enerji yang disebutnya enerji psikik. Enerji psikik yaitu enerji yang ditransform dari enerji fisik melalui id beserta insting-instingnya.
1.      Insting sebagai enerji psikik
Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Hasrat, motif atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah enerji psikik. Enerji insting terbagi atas 3 macam, yaitu :


a.       Sumber insting
Yaitu kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Sumber insting bersifat konstan dan tidak berubah kecuali perubahan akibat pemasakan.
b.      Tujuan insting
Pada dasarnya bersifat regressive (kembali asal), berusaha kembali kekeadaan tenang seperti sebelum munculnya insting. Tujuan insting juga bersifat konservatif (mempertahankan keseimbangan organisme dengan menghilangkan stimulasi yang mengganggu.
c.       Obyek insting
Merupakan segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya.
2.      Jenis-jenis insting
a.       Insting hidup
Insting hidup disebut juga dengan Eros, yaitu dorongan yang menjamin survival (kemampuan untuk bertahan hidup) dan reproduksi, seperti lapar, haus dan seks.
b.      Insting mati
Insting mati atau insting destruktif di sebut juga dengan Thanatos, yaitu bekerja secara sembunyi-sembunyi dibanding dengan insting hidup. Akibatnya pengetahuan mengenai insting mati menjadi terbatas kecuali kenyataan bahwa pada akhirnya semua orang mati.

E.     Kasus
Kasus tentang seorang anak yang duduk di kelas 1 SMP, dimana setiap pulang sekolah anak tersebut tidak mau meletakan sepatu dan tasnya ditempat yang telah disediakan. Setiap kali diingatkan oleh orang tuanya, anak tersebut tidak mau mendengarkan, dan perilaku itu selalu diulangi dan diulangi. Di sini dapat dilihat kalau anak tersebut mengalami permasalahan pada fase analnya, dimana pada fase anal tersebut orang tua seharusnya mengajarkan anak tentang peraturan.            



Referensi :
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press





Tidak ada komentar:

Posting Komentar