PSIKOANALISA
A.
Struktur
Kepribadian
Kehidupan
jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran :
1. Sadar
(conscious)
Hasil proses
penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi kesadaran itu
hanya bertahan dalam waktu yang singkat didaerah conscious, dan segera tertekan
kedaerah preconscious atau unconscious.
2. Prasadar
(preconscious)
Disebut dengan
ingatan siap, yaitu tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan
taksadar.
3. Tak
sadar (unconscious)
Tak sadar
merupakan bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia.
Ada
tiga model struktur menurut Freud, yaitu :
1. Id
Id merupakan
sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir. Id berisi semua aspek
psikologik yang diturunkan seperti insting, impuls dan drives.
2. Ego
Ego berkembang
dari id agar orang mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti
prinsip realita (reality principle).
3. Super
ego
Merupakan
kekuatan moral dan etik dari kepribadian yang beroperasi memakai prinsip idealistic
sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistic dari ego.
B.
Tipologi
Millon
Millon
membagi jenis atau tipe kepribadian menjadi 8 bagian, yaitu :
1.
Independent
active (antisocial)
Individu dengan
kepribadian antisocial menolak kesakitan. Motifnya lebih terarah untuk
mengalahkan orang lain, cenderung bersikap skeptif, tingginya keinginan
untuk balas dendam, tindakanya tidak
bertanggung jawab. Didalam relasi sosialnya tidak peduli terhadap orang lain,
dan bertindak kejam. Antisocial ini disebabkan pada saat masa anak-anak sering
diabaikan dan sering menunjukan sikap permusuhan.
2.
Independent
passive (narcistik)
Individu dengan
kepribadian narcistik menunjukan kepercayaan terhadap diri sendiri yang tinggi.
Individu narcistik ini lebih banyak melambungkan perasaan diri berharga, namun
rasa percaya diri dan superioritasnya dibangun dalam suatu premis yang keliru,
artinya tidak didukung oleh kenyataan. Narcistik ini disebabkan oleh orang tua
yang memberikan penilaian yang berlebihan dan memperturutkan keinginan si anak.
3.
Dependent
active (histrionic)
Individu dengan
kepribadian histrionic senantiasa berusaha memaksimalkan perlindungan dan
pemeliharaan orang lain, dan untuk mencapai keberhasilan tersebut individu
sibuk memanipulasi serta melakukan berbagai manuver untuk mencari perhatian.
Histrionic ini disebabkan pada masa anak-anak yang sedikit memperoleh
punishment dan sangat banyak memperoleh
reward.
4.
Dependent
passive (submissive)
Individu dengan
kepribadian submissive terbentuk dari lingkungan keluarga yang memberi
perlindungan secara berlebihan. Akibatnya dia gagal dalam memperoleh kompetensi
untuk kemandirian, serta gagal untuk membangun relasi yang adekuat dengan
lingkunganya, sehingga subjek lebih banyak mengalah dari orang lain. Submissive
ini disebabkan dari lingkungan yang sangat melindungi.
5.
Ambivalent
active (pasif-agresif/negatifistik)
Individu dengan
kepribadian pasif agresif ini terombang ambing diantara berorientasi pada diri
dan orang lain. Pada satu saat mereka patuh terhadap aturan, namun dilain waktu
menyimpang. Hal ini terjadi akibat adanya kegagalan untuk memenuhi harapan
orang lain. Penyebab ambivalent active ini yaitu dalam bentuk berubah-ubah dari
hostility dan rejection pada satu saat dan pada saat lainya afeksi dan cinta
kasih.
6.
Ambivalent
passive (obsesif-compulsif)
Individu dengan
kepribadian ini berada dalam kondisi konflik antara keinginan yang kuat untuk
melawan serta merealisasikan perasaan dan impusnya, kebutuhan untuk menghindari
intimidasi dan hukuman yang telah mereka pelajari sebelumnya. Penyebab
ambivalent ini yaitu orang tua yang over control dengan senantiasa menekankan
pada hukuman.
7.
Detached
active (avoidant)
Individu dengan
kepribadian ini mengalami kesenangan sedikit, lebih banyak kesedihan dan
penderitaan, sedikit mengalami kegembiraan, memiliki sedikit kemampuan dalam
menghadapi permasalahan yang kompleks serta senantiasa bersiaga untuk
menghindari kesakitan dan penghinaan. Penyebab detached active ini datang dari
lingkungan keluarga yang menolak dan sering mencela.
8.
Detached
passive (schizoid)
Individu dengan
kepribadian schizoid menunjukan polarisasi yang sangat lemah untuk memperoleh
kesenangan maupun menghindari kesakitan. Mereka menunjukan kapasitas energy
yang lemah, sedikit berbicara, apatis, kebutuhan afeksi yang lemah, tidak
bergairah, didalam relasi sosial yang pasif dan cenderung menjaga jarak.
Penyebab kepribadian ini yaitu iklim relasi dalam keluarga bersifat formal,
dingin, tidak menunjukan kedekatan diantara masing-masing anggota keluarga,
tidak ada saling hubungan diantara sesama anggota keluarga.
C.
Defense
Mechanism (mekanisme pertahanan)
Mekanisme
pertahanan menurut Freud, yaitu :
1.
Identification
(identifikasi)
Identifikasi ini
umumnya tidak disadari dan tidak perlu total diri orang lain diidentifikasi
tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu mencapai tujuan diri.
2.
Displacement/reactions
compromise (pemindahan/reaksi kompromi)
Sumber dan
tujuan dari insting selalu tetap, objeknya yang berubah-ubah melalui
displacement atau pemindahan. Ada 3 macam reaksi kompromi, yaitu :
a. Sublimasi,
yaitu kompromi yang menghasilkan prestasi budaya lebih tinggi diterima
masyarakat sebagai cultural kreatif
b. Substitusi,
yaitu kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya
c. Kompensasi,
yaitu kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan
3.
Repression
(represi)
Represi adalah
proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu (ide,
insting, ingata, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari
kesadaran.
4.
Fixation
and regression (fiksasi dan regresi)
Fiksasi adalah
terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena
perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan
kecemasan yang terlalu kuat. Frustrasi, kecemasan dan pengalaman traumatic yang
sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu dapat berakibat orang regresi,
mundur ketahap perkembangan yang terdahulu.
5.
Reaction
formation (pembentukan reaksi)
Tindakan
defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan
dengan impuls atau perasaan lawan atau kebalikannya dalam kesadaran, misalnya
rasa permusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.
6.
Projection
(projeksi)
Projeksi adalah mekanisme
mengubah kecemasan neurotic/moral menjadi kecemasan realistik dengan cara
melemparkan impuls internal yang mengancam dipindahkan keobjek di luar sehingga
seolah-olah ancaman itu terprojeksi dari objek eksternal kepada diri orang itu
sendiri.
D.
Dinamika
Kepribadian
Freud
berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memakai enerji untukberbagai
tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati dan mengingat. Kegiatan psikologik
juga membutuhkan enerji yang disebutnya enerji psikik. Enerji psikik yaitu
enerji yang ditransform dari enerji fisik melalui id beserta insting-instingnya.
1.
Insting
sebagai enerji psikik
Insting adalah
perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Hasrat,
motif atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah enerji psikik.
Enerji insting terbagi atas 3 macam, yaitu :
a. Sumber
insting
Yaitu kondisi
jasmaniah atau kebutuhan. Sumber insting bersifat konstan dan tidak berubah
kecuali perubahan akibat pemasakan.
b. Tujuan
insting
Pada dasarnya
bersifat regressive (kembali asal), berusaha kembali kekeadaan tenang seperti
sebelum munculnya insting. Tujuan insting juga bersifat konservatif
(mempertahankan keseimbangan organisme dengan menghilangkan stimulasi yang mengganggu.
c. Obyek
insting
Merupakan segala
sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya.
2.
Jenis-jenis
insting
a. Insting
hidup
Insting hidup
disebut juga dengan Eros, yaitu dorongan yang menjamin survival (kemampuan
untuk bertahan hidup) dan reproduksi, seperti lapar, haus dan seks.
b. Insting
mati
Insting mati
atau insting destruktif di sebut juga dengan Thanatos, yaitu bekerja secara
sembunyi-sembunyi dibanding dengan insting hidup. Akibatnya pengetahuan
mengenai insting mati menjadi terbatas kecuali kenyataan bahwa pada akhirnya
semua orang mati.
E.
Kasus
Kasus tentang seorang anak yang duduk di
kelas 1 SMP, dimana setiap pulang sekolah anak tersebut tidak mau meletakan
sepatu dan tasnya ditempat yang telah disediakan. Setiap kali diingatkan oleh
orang tuanya, anak tersebut tidak mau mendengarkan, dan perilaku itu selalu
diulangi dan diulangi. Di sini dapat dilihat kalau anak tersebut mengalami
permasalahan pada fase analnya, dimana pada fase anal tersebut orang tua
seharusnya mengajarkan anak tentang peraturan.
Referensi :
Alwisol. 2004. Psikologi
Kepribadian. Malang: UMM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar