Selasa, 15 Desember 2015

Quasi eksperimen

QUASI EKSPERIMEN

A.    Pengertian Quasi Eksperimen
Quasi eksperimen yaitu tidak akan mengambil subjek secara acak dari populasi tetapi menggunakan seluruh subjek dalam kelompok yang utuh (intact group) untuk diberi perlakuan (treatmen). Quasi eksperimen disebut juga dengan eksperimen semu.
Sampel pada quasi eksperimental design tidak diambil secara acak, sehingga kelemahan quasi eksperimen adalah tidak dapat sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi pelaksaan eksperimen. Karena itu quasi eksperimen lebih baik pre-eksperimental design tetapi lebih buruk dari pada true eksperimental design. Sebuah eksperimen kuasi adalah jenis evaluasi yang bertujuan untuk menentukan apakah suatu program atau intervensi memiliki efek yang diinginkan pada peserta penelitian.

B.     Bentuk-bentuk Quasi Eksperimen
Ada beberapa bentuk quasi eksperimen, yaitu :
1.      Time series design
Ciri-cirinya yaitu :
a.       Tidak ada kelompok kontrol
b.      Diberikan pretes sampai 4 kali untuk melihat kelompok telah stabil dan konsisten sebelum dapat diberi perlakuan

2.      Non-equivalent control group  design
Ciri-cirinya yaitu :
a.       Adanya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
b.      Subjek penelitian diambil tidak secara acak dari populasi tetapi diambil seluruh subjek dari kelompok yang telah terbentuk secara alami



C.    Pembagian Dalam Penelitian Eksperimen
Ada beberapa bagian dalam penelitian eksperimen, yaitu :
1.      Eksperimental Murni (True Experimental)
Kelompok  eksperimen diberi perlakuan khusus (variabel yang akan diuji akibatnya), sedang kelompok kontrol  diberi perlakuan lain (yang biasa dilakukan) dan hasilnya  dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Pengukuran/pengujiannya menggunakan instrumen baku (tes standar)

2.      Eksperimental Semu (Quasi Experimental)
Pengontrolan tidak pada semua variabel tetapi hanya pada satu variabel yg cukup dominan dan minimal dipasangkan (matching)

3.      Eksperimental Lemah (Weak Experimental)
Disebut  pra eksperimen karena tidak ada penyamaan karakteristik (random) dan tidak ada pengontrolan variabel. Desain dan perlakuannya seperti penelitian eksperimen tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama sekali dan lemah kadar validitasnya

D.    Jenis-jenis Quasi Eksperimen
Ada beberapa jenis quasi eksperimen,  yaitu :
1.      Non-Equivalent Groups Design
2.      Pretest-Posttest Design
3.      Interrupted Time-Series Designs


Jumat, 11 Desember 2015

Desain penelitian eksperimen

DESAIN PENELITIAN EKSPERIMEN

A.    Desain Eksperimen Dasar
Desain penelitian adalah rencana atau strategi yang digunkan untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis penelitian dan mengontrol VS. Sedangkan desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh.
1.      Jenis Desain Eksperimen
Ada beberapa jenis desain eksperimen, yaitu :
a.       Praeksperimen
Merupakan eksperimen yang dilakukan tanpa adanya kelompok control
b.      Eksperimen murni
Merupakan eksperimen yang dilakukan dengan pengendalian secara ketat variabel-variabel yang tidak dikehendaki pengaruhnya. Penentuan sampel secara random dan dilakukan dengan menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding kelompok perlakuan.
c.       Eksperimen kuasi
Merupakan eksperimen yang pengendaliannya tidak begitu ketat dan sampel tidak diperole secara random. Dilakukan karena desain murni tidak mungkin dilaksanakan.

2.      Prinsip Dasar Desain Eksperimen
Ada beberapa dari prinsip dasar desain eksperimen, yaitu :
a.       Replikasi
Merupakan Frekuensi atau pengulangan perlakuan yang diberikan kepada unit-unit eskperimen yang berbeda dengan unit eksperimen yang dicobakan.


b.      Randomisasi
Merupakan penentuan anggota sampel secara acak dari populasi. Tujuan dari randomisasi yaitu untuk mengurangi bias yang disebabkan oleh kesalahan sistematis yang dilakukan secara sengaja oleh peneliti dalam menentukan subjek-subjek yang akan diteliti.
c.       Kontrol internal
Merupakan upaya pengendalian kondisi lapangan dari yang heterogen menjadi homogen

B.     Eksperimen Dengan lebih Dari Dua Kelompok
1.      Pengertian Desain Dua Kelompok
Desain dua kelompok adalah desain penelitian eksperimental yang melibatkan dua kelompok penelitian dimana setiap kelompok mendapatkan variasi VB yang berbeda. Desain dua kelompok merupakan desain penelitian yang bersifat eksploratif karena digunakan untuk mengetahui apakah VB memiliki pengaruh terhadap VT.

2.      Jenis-jenis Desain Dua Kelompok
Ada beberapa jenis desain dua kelompok, yaitu :
a.       Static group design
Disebut static group design (Robinson, 1981) atau non-equivalent posttest-only design (Christensen, 2001) karena tidak dilakukan randomisasi untuk membentuk kelompok KE dan KK, sehingga kedua kelompok dianggap tidak setara.
b.      Nonrandomized pretest-posttest control group design
Desain ini juga tidak dilakukan randomisasi karena itu tetap mamiliki kelompok kontrol untuk mengontrol maturation, namun kedua kelompok penelitian tidak setara dalam hal proactive history.
c.       Randomized two group design, posttest only
Desain ini adalah desain yang sudah memenuhi syarat dilakukannya penelitian eksperimental karena dilakukannya randomisasi. Desain ini menggunakan prinsip method of difference, karena desain ini membuat dua kondisi yang berbeda pada dua kelompok penelitian
d.      Randomized matched two group design
Desain ini memiliki teknik kontrol tambahan dengan dilakukannya matching selain adanya randomisasi. Matching dilakukan agar kedua kelompok menjadi setara pada beberapa VS yang diduga dapat berpengaruh pada VT selain VB.
e.       Pretest-posttest control group design
Desain ini dilakukan pengukuran sebelum (prestest) dan sesudah (posttest) pemberian treatment pada dua kelompok. Yang membedakan yaitu desain ini dilakukannya randomisasi sebagai kontrol terhadap proactive history.
f.       Analysis of covariance control group design
Dalam desain ini randomisasi tetap dilakukan untuk memasukan subjek, perbedaannya adalah dalam analisis statistic yang dilakukan.

Referensi :
Seniati, Liche. 2005. Psikologi Eksperimen. PT. Indeks: Jakarta


validitas penelitian

Validitas Penelitian
A.    Validitas Eksternal
Validitas eksternal penelitian berkaitan dengan sejauhmana hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada subjek, situasi dan waktu yang berbeda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi validitas eksternal, yaitu :
1.      Validitas populasi
Validitas populasi berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, apakah dilakukan secara acak atau tidak. Validitas populasi berkaitan dengan kemampuan hasil suatu penelitian untuk digeneralisasikan dari sampel penelitian kepada populasi yang lebih besar. Karena berkaitan dengan pengambilan sampel, maka validitas populasi dipengaruhi oleh bias seleksi. Bias seleksi merupakan kesalahan dalam mengambil sampel yang tidak sesuai dengan karakteristik dari subjek penelitian.
2.      Validitas ekologis
Validitas ekologis berkaitan dengan situasi atau kondisi lingkungan. Validitas ekologis merupakan kemampuan hasil penelitian untuk digeneralisasikan pada situasi atau kondisi lingkungan yang berbeda.
3.      Validitas temporal
Validitas temporal ini berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian pada waktu yang berbeda.

B.     Validitas Internal
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi validitas internal, yaitu :
1.      Proactive history
Faktor ini merupakan faktor perbedaan individual yang dibawa kedalam penelitian. Yang termasuk faktor proactive history yaitu : usia, jenis kelamin, kepribadian, sikap, inteligensi. Tidak semua faktor yang termasuk proactive history dapat mempengaruhi VT, hanya faktor tertentu yang relevan saja dengan penelitian.



2.      Retroactive history
Faktor ini hanya terjadi pada penelitian yang menggunakan pretes-postest dimana setiap subjek mengalami pengukuran VT sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah dilakukannya eksperimen dan juga ada jarak waktu diantara pengukuran tersebut.
3.      Maturation
Maturation atau kematangan adalah perubahan biologis dan atau perubahan psikologis yang sistematis pada organisme dalam suatu waktu tertentu. Faktor ini lebih mungkin terjadi pada penelitian jangka panjang, baik yang menggunakan pretest-postest ataupun tidak. Maturation dapat diatasi dengan menggunakan kelompok control, yaitu menggunakan kelompok subjek lain yang tidak diberikan perlakuan VB.
4.      Testing
Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat memberikan pretest dan posttest kepada subjek untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.testing dapat menurunkan kekuatan hubungan sebab-akibat antara VB dengan VT. Testing juga menyebabkan subjek dapat menduga masalah yang sedang diteliti ataupun perlakuan yang akan diberikan.
5.      Statistical regression
Statistical regression dapat terjadi apabila alat ukur yang digunakan tidak reliabel sehingga menyebabkan ketidakkonsistenan skor subjek antara pretest dan posttest. Statistical regression ini dapat dihindari apabila subjek yang digunakan hanya berasal dari satu kelompok ekstrim saja, yaitu hanya kelompok subjek dengan skor tinggi atau hanya kelompok subjek dengan skor rendah.
6.      Experimental mortality
Pada penelitian eksperimental yang melibatkan pretest-postest dalam jangka waktu cukup lama ataupun pada penelitian within-subject, sering kali jumlah subjek pada akhir penelitian berkurang dibandingkan dengan ketika awal penelitian.
7.      Interaction effect
Interaction effect disebut juga dengan sequencing effect (Christensen, 2001). Untuk mengatasi interaction effect dilakukan counterbalancing, yaitu memberikan urutan variasi VB yang berbeda pada subjek penelitian.
8.      Instrumentation effect
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian dapat turut mempengaruhi validitas internal penelitian. Untuk mencegah pengaruh instrumentation yang disebabkan oleh alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel, maka harus dilakukan uji coba sebelum alat ukur digunakan.untuk mencegah terjadinya faktor instrumentation, maka tester, pengamat atau pewawancara perlu diberikan pelatihan terlebih dahulu sebelum melakukan pengambilan data.
9.      Experimenter effect
Dalam suatu penelitian yang melibatkan manusia, interaksi antara eksperimenter dengan subjek penelitian turut mempengaruhi validitas internal penelitian. Eksperimenter ataupun subjek penelitian saling memiliki harapan berkaitan dengan perannya sehingga perilaku ataupun fikiran dari kedua belah pihak dapat mempengaruhi keakuratan dari penelitian yang dilakukan.
10.  Participant sophistication
Pengetahuan dan familiaritas subjek penelitian terhadap topic penelitian atau metode eksperimental yang dilakukan dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Referensi :
Seniati, Liche. 2005. Psikologi Eksperimen. PT. Indeks: Jakarta


Kamis, 10 Desember 2015

POPULASI DAN SAMPLING
A.    Pengertian Populasi
Populasi didefenisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenal generalisasi hasil penelitian. Menurut Sugiono (1997 : 57) pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Nawawi (1985 :141) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.
Ada 2 jenis populasi, yaitu :
1.      Populasi terbatas
Merupakan sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya
2.      Populasi tak terbatas
Merupakan sumber datanya tidak dapat di tentukan batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah
Berdasarkan sifatnya populasi dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
1.      Populasi homogen
Merupakan sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif
2.      Populasi heterogen
sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

B.     Pengertian Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Menurut Sugiyono (1997 :57) pengertian sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.


C.    Teknik Sampel
Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel serta perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Menurut Sugiyono (2010:217) Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling meliputi simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non probability sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
1.      Probability sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Macam-macam teknik probability sampling, yaitu :
a.       Simple random sampling
Merupakan teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling
b.      Proportionate stratified random sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi
c.       Disproportionate Stratified Random Sampling
Merupakan teknik yang hampir mirip dengan proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya
d.      Cluster Sampling atau sampling area
Digunakan jika sumber data atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu
provinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh provinsi.



2.      Non probability sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Macam-macam teknik non probability sampling, yaitu :
a.       Sampling Sistematis
Merupakan teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya
b.      Sampling Kuota
Merupakan teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan
c.       Sampling Incidential
Merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan atau siapa saja yang kebetulan (incidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel
d.      Purposive Sampling
Merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin tertentu
e.       Sampling Jenuh
Merupakan sampel yang mewakili jumlah populasi
f.       Snowball Sampling
Merupakan teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju

Referensi :
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.


hipotesis penelitian

Formulasi Hipotesis Penelitian

A.    Defenisi Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani dimana kata “hypo” yang artinya di bawah, dan “thesis” yang artinya pendirian, pendapat yang ditegakkan. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan mengenai definisi hipotesis secara bahasa adalah suatu pernyataan ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dimana kebenarannya masih belum terbukti atau dikatakan masih perlu diuji kebenarannya.
Good dan Scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, perumusan hipotesis sangat berbeda dari perumusan pertanyaan penelitian.

B.     Ciri-ciri Hipotesis
Perumusan hipotesis yang benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif (declarative statements) bukan kalimat pertanyaan
2.      Hipotesis berisi pernyataan mengenai hubungan antara paling sedikit dua variabel
3.      Hipotesis harus dapat diuji (testable)
Hipotesis yang dapat diuji akan secara spesifik menunjukan bagaimana variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan antara variabel termaksud
4.      Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
5.      Hipotesis harus dinyatakan secara jelas dalam istilah yang benar dan secara operasional.
6.      Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti.
7.      Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
8.      Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya.

Referensi :

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.